Kita dua pasang telinga menyusuri jalan pulang
Dalam diam saling mendengarkan cerita yang lain
Bicara tanpa suara, tanpa isyarat
Kita dua pasang telinga, bukan?
Sampai kita tiba di sebuah pulang
Dan aku menemukanmu mencariku
Andai kita bisa saling memaafkan
Keinginan untuk jadi sepasang
Tapi
Kita dua pasang telinga, bukan?
Yang ditakdirkan untuk bertemu guratan mulut wajah yang lain
Satu bicara, dua mendengarkan
Bukankah begitu kata mereka?
Salahkah kalau kita dua pasang telinga?
December 2, 2017
October 8, 2017
Takdir yang kecil
Kita sudah terlalu lama menyusuri jalan ini
Tanpa memandang sekitar lebih lama
Sampai suatu hari kita sadar
Tentang segala hal kecil yang pernah membuat kita bahagia
Temanmu yang cantik dari gedung sana ternyata masih ingat namamu
Kakak kelasmu tiba-tiba menraktir makan siang
Tiga pasang kursi baru untuk ruang sekretariat
Dan langit merah jambu di amphiteater
Mungkin memang telah tertulis takdir
Bagi yang kecil untuk terlewatkan, terlupakan
Dan kita mewajarkan saat kita lupa bersyukur
Di kereta
Kaca jendelaku benar bening kan?
Ada tanah kuburan yang penuh ilalang
Tunggu, kenapa langit diluar merah jambu padahal belum senja?
Anak kecil bermain bola kaki di lapangan rumput
Hujan hari ini warna merah dan padi belum menguning
Ada tanah kuburan yang penuh ilalang
Tunggu, kenapa langit diluar merah jambu padahal belum senja?
Anak kecil bermain bola kaki di lapangan rumput
Hujan hari ini warna merah dan padi belum menguning
September 17, 2017
Sepi
Kau merindu keramaian
Namun aku mengingini sepi
Jangan ada percakapan, mari kita diam saja
Tidak perlu bicara, mari kita simpan saja
Sejenak menyerah kepada siulan angin
Atau hujan yang membasahi pundak
Karena aku justru ingin sepi,
Sebentar saja untuk membuatku tenang
Namun aku mengingini sepi
Jangan ada percakapan, mari kita diam saja
Tidak perlu bicara, mari kita simpan saja
Sejenak menyerah kepada siulan angin
Atau hujan yang membasahi pundak
Karena aku justru ingin sepi,
Sebentar saja untuk membuatku tenang
Pagi Hari
Di pagi hari saat awan mulai menari
Di dalam secangkir teh yang kunikmati,
Tidak ada kamu apalagi kita disana
Hanya dua pertanyaan sederhana
Nanti siang makan apa?
Nanti malam tidur jam berapa?
July 23, 2017
Malam Dalam Diam
Malam itu lampu di dalam kuning
dan layar memancar biru,
paduan keduanya terlihat ungu dari luar.
Entahlah, mengapa tidak hijau?
Malam itu kamu duduk di ujung bangku
dan selayaknya orang normal kita bertukar obrolan ringan.
Sejenak, dua menikmati malam dalam diam.
Atau setidaknya satu menikmatinya.
Subscribe to:
Comments (Atom)