Di rumah kecil di atas bukit,
di bawah bintang-bintang yang menatap sayu,
Akhirnya dingin menyelimutiku
Hembusan angin yang bergulung
Membisikkan nina bobo yang halus
Menidurkan, melegakan
Memejamkan, menenangkan
Aku terlelap dalam dekapan musim
Langit di atasku membawaku berlayar mengarungi alam tidur
Malam itu bukan seperti yang lalu-lalu
Tidak ada barang sedikitpun suara sampai di telingaku
Tidak ada deru kendaraan dan tidak ada percakapan
Tidak ada gemerisik daun dan tidak ada gemericik hujan
Tidak ada pekik, pekak, kuak, riak, dan teriak!
Dan pada waktu-waktu yang sunyi ini mataku justru berkaca-kaca
Memantulkan hampa yang telah lama kucari
dan keasingan yang telah lama kurindukan
Di sini, di tempat yang jauh dari kota
Pandanglah kota di bawah yang megah dan sibuk sekali
Pandanglah redup oleh kesia-siaan yang mesra, karena
antara kota yang kita tinggali dan rumah kita sendiri
tiada hubungan lagi. Kita terasing dalam hidup kota berjuta
Padahal kita warganya setia yang cinta padanya
― Ajip Rosidi, Jembatan Dukuh
No comments:
Post a Comment