November 7, 2021

Taman-Taman yang Tutup

Malam itu penuh sorak anak-anak kecil yang gelisah. Sudah seharian listrik padam dan mereka kenyang bobo siang. Kota yang hening membuat kita bosan tidur. Semalam tanpa gemerlap membuat kita terjaga menatap satu sama lain. Kau sudah mati.

*

Kau yang di sana atau aku yang di sana? Daun-daun rontok seperti Bandung di bulan Agustus, jalanan yang keemasan melintasi taman-taman yang tutup. Orang-orang menjalani hari kemarin seperti hari ini. Esok tak akan datang.

*

Kau mengaburkan lamunanku yang terlanjur kemana-mana. TV yang menyala menyuarakan kejadian demi kejadian tolol yang terus terjadi setahun belakangan. Kau bilang jari-jarimu terasa dingin sejak minggu lalu kita terakhir bertemu.

*

Hari ini aku kembali memikirkanmu. Pada foto polaroid tertanda Maret, 89 itu aku mengenali pigura lukisan yang sama yang sekarang tertambat pada dinding kamarku. Lukisan cetak saring berbekas rendaman air di sana-sini.

*

Tetapi cerita kita tak lagi sama. Kau telah menjelma jam dinding tanpa baterai yang terus mengecohku untuk terus mempercayai gerakan tanganmu yang diam sementara kau dari balik kaca menatapku berbaring di bawah teritis teras kita. Tik-tok, tik-tok, tik-tok. Kau terus bunyi. Kau belum mati.


No comments:

Post a Comment