Tidak ada berita pagi ini. Tidak ada tukang sayur. Tidak ada jadwal kereta. Kemarin, pukul 23:50 kereta terakhir berangkat dari stasiun, mengantar kami pulang untuk yang terakhir kalinya sebelum istirahat panjang dimulai.
Aku bangun dengan susah payah, langit yang masih gelap mengintip dari balik kerai jendela. Ah, tentu masih ada waktu. Lagipula, ini hari Sabtu, hari suci para pekerja yang patut dirayakan dengan istirahat panjang. Aku kembali terlelap.
Halaman kecilku tampak begitu teduh, siraman mentari pada pohon kacang polong meloloskan jejak-jejak komorebi2 di tanah berlumut. Aku memasak air panas dan menuangkannya ke dalam cangkir untuk menyeduh teh hijau. Hari ini kita boleh tenang.
Tidak ada telepon genggam yang dapat mengusik hari suci ini. Tepat sebelum meninggalkan kerja, kami menyimpan telepon-telepon kami di dalam loker untuk dikunci bersama gedung kantor dan segala isinya. Kau tahu, kami telah menjadi manusia yang patuh pada aturan, waktu bekerja adalah untuk bekerja, waktu istirahat adalah untuk istirahat. Dan hari ini adalah waktu untuk istirahat yang panjang.
Hari Sabtu tidak datang setiap minggu seperti masa sebelum. Aku sendiri belum terbiasa dengan perhitungan waktu masa sekarang, namun jika tidak salah, hari Sabtu di masa sekarang hanya datang di pekan terakhir bulan ketiga. Dalam setahun kini hanya ada enam bulan, dan pada bulan ketiga kami beristirahat untuk satu hari. Hari-hari sisanya kami gunakan untuk bekerja.
Kami telah menjadi manusia yang patuh pada aturan. Kau tahu, kami tidak lagi berulang tahun, menikah, dan merayakan apapun. Tidak ada lagi kelahiran dan kematian. Kita telah sampai pada puncak tertinggi kemajuan manusia.
Kematian tidak pernah datang dan kita tidak takut lagi. Berbekal keberanian ini, manusia dapat menjadi apa saja. Kita tidak perlu lagi merawat kesehatan dengan sebentar-sebentar beristirahat. Kita tidak perlu lagi mengatur kebahagiaan dengan perayaan di sana-sini. Kita tidak perlu banyak merasa karena tidak ada lagi kesedihan dan ketakutan. Pada puncak kejayaan manusia kita hidup untuk bekerja, memajukan dunia ini sampai batas selanjutnya terlihat.
Namun tentu aku masih ingat, samar-samar, mengenai kehidupan sebelum. Kita menangis, tersiksa, dan berduka. Kita tertawa, mencinta, dan bahagia. Semua terasa begitu berat, begitu ringan, dan kita semua menyebutnya hidup.
Sekarang, tidak ada siapa-siapa dan tidak ada apa-apa. Orang-orang yang dulu kukenal perlahan berubah menjadi pribadi yang seragam. Tidak ada lagi hal yang diluar perkiraan, tidak ada lagi kejutan dan masalah. Semua serba teratur dan terkendali.
Tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi rasa. Tidak ada lagi orang yang berpasang-pasangan. Kita semua hidup sendiri. Hari ini akan sama dengan hari-hari esok, begitu seterusnya, sampai Sabtu Sunyi hadir dan kita dapat beristirahat panjang sebelum memulai hari-hari yang sama lagi.
Kau tahu, kita telah menjadi manusia yang patuh pada aturan. Kita telah sampai pada puncak tertinggi kemajuan manusia.